Fatin Shidqia Lubis, remaja 16 tahun dan mengenakan jilbab itu pada 25 Mei lalu berhasil memenangkan kontes X-Factor yang baru pertamakalinya diselenggarakan di Indonesia. Ia mengalahkan penyanyi hebat Novita Dewi, yang sempat menjadi juara pertama dalam Astana Song Festival 2005 di Kazakhstan, dan telah mengeluarkan album pada 2008.
Siswi kelas XI (Kelas II) IPS 5 SMA 97 Jagakarsa, Jakarta Selatan itu mengatakan hampir tidak ada yang berubah perlakuan teman-teman maupun guru terhadap dirinya yang kini sudah terkenal. Ia masih diperlakukan seperti Fatin yang sudah dua tahun bersekolah di SMA itu. "Rata-rata biasa aja. Karena mereka sudah kenal aku dari lama, tidak ada yang aneh-aneh," ujar Fatin kepada Tribunews.com, kemarin.
Saat sejumlah fotografer dan kameramen media massa mengabadikan keakraban Fatin dan sahabat-sahabatnya di sekolah itu, wakil kepala Humas SMA 97, Gazali menyempatkan diri untuk berfoto bersama perempuan berkerudung itu. Gazali menganggap Fatin sudah seperti selebritas.
Pulang sekolah seperti sebelumnya Fatin, pun memutuskan jalan kaki hingga Jalan Raya Brigif yang berjarak beberapa ratus meter. Ia berjalan bersama sahabat-sahabatnya, walau pun salah satu program infotaiment televisi swasta menawarkan tumpangan.
Pada hari pertamanya ulangan kenaikan kelas, Fatin menghadapi mata pelajaran Pendidikan Agama, dan Bahasa Indonesia. Untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam, perempuan berjilbab itu menceritakan soal-soalnya agak sulit dijawab, dan cenderung menyeramkan. Misalnya mengenai pertanyaan menyangkut penanganan jenazah. "Susah dan agak creapy (menyeramkan)," ujar dia.
Selain soal yang menyeramkan, kata Fatin, soal tentang jenazah juga ada yang sangat mudah dijawab. Menurutnya soal itu menjelaskan tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan di makam. Pilihan jawaban yang disajikan pun sangat jelas, sehingga sangat mudah untuk dijawab. "Jadi jawaban yang benar itu kecuali duduk-duduk di makam, jelas banget itu," ujarnya.
Darwan, walikelas Fathin di kelas XII IPS 5 SMA 97, menyebutkan hampir empat bulan Fatin tidak masuk sekolah. Selama itu semua materi pelajaran yang harus diikuti Fatin dijemput orangtua Fatin, atau diantarkan sahabat-sahabatnya. Cara itu ditempuh menjaga agar Fatin tidak tertinggal pelajaran.
Izin belajar jarak jauh diajukan orangtua Fatin setelah mereka memperoleh izin dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Tak lama setelah permohonan izin itu diajukan, pihak sekolah pun mengizinkan. Menurut Darwan izin seperti itu bukanlah hal yang baru di sekolahnya.
"Kami juga pernah mengizinkan siswa yang ikut olimpiade nasional. Itu izinnya sampai enam bulan, kalau untuk izin Fatin, kami sudah tidak aneh lagi," ujar Darwin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar